SHARE

Meilisa Trisetya Arum

SEMANGAT 5.CO - Membantu sesama ternyata bukan hanya dengan memberikan segudang harta yang melimpah. Tetapi dengan apapun yang ada dalam diri kita, seperti halnya Meilisa Trisetya Arum mahasiswi Universitas Brawijaya ini sudah mengabdikan dirinya untuk membantu para tunarungu sejak tahun 2012.

Awalnya, Arum bertemu secara tak sengaja dengan penyandang tunarungu yang kesulitan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Saat itu, Arum tergerak hatinya untuk belajar bahasa isyarat untuk membantu kaum tunarungu. Mahasiswi cantik ini pun mulai belajar mengenal abjad yang biasa digunakan kaum tunarungu untuk mengetahui cara berkomunikasinya.

Arum belajar otodidak dan bergabung dengan Komunitas Akartuli menjadi volunteer (relawan) penerjemah bahasa isyarat selama 4 tahun. Pengalaman menjadi penerjemah sudah lumayan banyak dilaluinya, sehingga dirinya sudah mulai dikenal oleh masyarakat umum, khususnya di Kota Malang. Bahkan, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini sudah mulai dilirik industri pertelevisian tanah air.

Tak sampai disitu, Arum sempat menjalin asmara dengan penyandang tunarungu. Ia menceritakan, bahwa kesannya selama menjalin kasih bersama orang tuli itu sangat luar biasa. Tak ada bedanya dengan orang-orang normal pada umumnya. Hanya saja tidak bisa mendengar dan berbicara. Tetapi dalam hal chatting dan tulis-menulis tetap seperti biasa, hanya saja cara penulisannya yang sering terbalik-balik.

Gadis cantik yang suka menggambar ini, terlihat lihai menggunakan bahasa isyarat untuk memberikan pemahaman kepada tunarungu, Rabu (4/10) di Ibis Hotel Malang saat acara Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang berlangsung. Gerakan tangannya yang lembut dan senyumnya yang manis menjadi pusat perhatian kaum tunarungu untuk mengetahui apa yang disampaikan oleh pemateri pada acara tersebut.

"Saya tidak menyangka bisa berbahasa isyarat, bahkan menjadi penerjemah bagi kaum difabel. Soalnya saya tidak pernah belajar di kelas khusus. Tiba-tiba saja bisa seperti ini," ujar Arum, (4/10).

“Saya belajar bahasa isyarat hanya otodidak. Saya belajar banyak saat mendampingi Yohana Febrianti mahasiswi UB yang menjadi Finalis X Factor di Pusat Studi dan Layanan Disabilitas UB,” lanjut gadis kelahiran Kota Malang ini.

Yohana merupakan finalis ajang pencarian bakat program reality show di sebuah TV nasional. Sehingga Arum bisa belajar banyak tentang cara berkomunikasi dengan para tunarungu. Sebelumnya tidak tahu sama sekali bagaimana berkomunikasi dengan bahasa isyarat sampai saat ini bisa langcar.

Penyuka kuliner terong balado ini menambahkan, selain belajar otodidak, dirinya juga belajar banyak bersama Yohana. Kemampuannya berkomunikasi dengan bahasa isyarat semakin terasah saat bergabung dengan Organisasi Gerkatin Kota Malang. Organisasi yang beralamat di Jl. Ijen No. 34 Kota Malang ini banyak memberinya pemahaman berkomunikasi dengan penyandang tunarungu.