SHARE

Istimewa

Dari sisi siswa, sebagai salah satu upaya untuk memperlancar proses belajar mandiri mereka selama kegiatan belajar mengajar (KBM) campuran, akun Quipper dilengkap fitur Pencarian (Search) yang memudahkan siswa menemukan materi yang dibutuhkan, baik video maupun latihan soal; fitur Rekomendasi Topik yang memberikan masukan untuk materi belajar siswa sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikannya; dan fitur Prestasi Belajar (Learning Achievement) yang memberikan laporan mingguan untuk progres belajar siswa, sekaligus arahan untuk menguasai materi yang belum selesai dipelajari.

Untuk para guru, Quipper menghadirkan layanan Quipper School Premium, sebuah Learning Management System (LMS) yang menghadirkan solusi terpadu agar KBM dapat berjalan optimal, baik pada saat pembelajaran jarak jauh maupun PTM terbatas.

"Pada awal penerapan PJJ, Quipper School Premium memungkinkan guru mengunggah materi dan pemberian tugas belajar, melakukan ujian dan penilaian otomatis, memantau aktivitas belajar serta pencapaian siswa secara real-time dan otomatis, hingga pertemuan daring melalui Zoom yang terintegrasi dengan sistem kami,” jelas Ayu.

“Sementara itu, pada saat PTM, layanan QSP memudahkan guru dalam pemantapan penguasaan materi melalui puluhan ribu materi dan video pembelajaran, pemanfaatan waktu di kelas dengan efektif, dan mempersiapkan siswa hadapi Asesmen Nasional maupun SBMPTN lewat konten soal intensif dan tryout," kata Ayu.

Quipper School Premium (QSP) telah digunakan sekolah-sekolah di penjuru negeri sejak awal layanan ini disediakan pada Juni 2020. Sampai dengan semester 1 tahun ajaran 2021/2022, sudah lebih dari 8,3 juta siswa dan 400,000 guru telah bergabung dan menggunakan layanan Quipper.

Tetap diawasi

Meski demikian, proses sekolah dengan hybrid learning tetap harus diawasi. Nyatanya, menurut survei yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan menemukan bahwa 70 persen murid yang menjalani PJJ mengalami emosi negatif. Banyaknya tugas yang diberikan tidak sebanding dengan waktu pengerjaannya adalah salah satu pemicu kecemasan pada murid.

Kepala Bagian Psikologi Klinis Universitas Katholik Atma Jaya,Nanda Rossalia, M.Psi.,Psikolog beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dalam kondisi seperti saat ini, baik orang tua maupun guru tetap perlu mengawasi murid, terutama bagaimana mengelola kondisi emosional dan psikologikal murid.

"Kecemasan akademik siswa perlu diatasi dengan peran sinergis dari banyak pihak, tidak hanya dari murid itu sendiri. Guru tentunya memiliki porsi yang signifikan dalam membantu murid mengatasi kecemasannya," kata Nanda.

Baik guru maupun orang tua hendaknya tetap mengawasi anak peserta didik dan sigap melihat gejala emosi negatif dengan melakukan konseling jika diperlukan.
 

Halaman :
Tags
SHARE