Pernyataan Trump tentang Gaza mencerminkan "mentalitas kolonial," kata Ismat Mansour, seorang analis politik yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat.
"Presiden Trump tidak melihat Gaza sebagai tanah yang dihuni oleh orang-orang dengan hak yang sah," katanya. "Sebaliknya, dia melakukan pendekatan dengan logika seorang kontraktor yang hanya melihat tanah, bisnis, proyek, dan investasi, tanpa menghiraukan keberadaan lebih dari 2 juta orang yang menderita akibat blokade dan perang yang sedang berlangsung."
Setelah militer Israel melanjutkan pengeboman di Gaza pada 18 Maret, Trump menyatakan dukungan terhadap dimulainya kembali aksi pembunuhan tersebut.
Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan gratis dari sebuah pusat distribusi makanan di Gaza City pada 2 Mei 2025. (CARAPANDANG/Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Kebijakan Timur Tengah AS menunjukkan kurangnya komitmen untuk mengakhiri perang itu atau mendorong solusi dua negara, kata Nimrod Goren, presiden Institut Kebijakan Luar Negeri Regional Israel (Israeli Institute for Regional Foreign Policies/Mitvim).
Ezzat Saad, selaku direktur di Dewan Urusan Luar Negeri Mesir (Egyptian Council for Foreign Affairs/ECFA), mengatakan, "Trump gagal menghormati kenyataan bahwa dia memimpin sebuah negara besar, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang seharusnya menjunjung tinggi perdamaian dan keamanan internasional."